Hidup Itu Pilihan

Jumat, 03 Februari 2012


Kamis, 19 Januari 2012. Hari itu cukup memberikan banyak kejutan dan pengalaman berharga untuk saya. Diawali dengan terbangunnya saya pukul 04.00 WIB karena alarm bunyi dan hal itu langsung mengingatkan saya untuk segera mandi dan bergegas mengejar kereta ke Jakarta pukul 06.50 WIB di stasiun lemah abang. Mulanya saya malas sekali untuk menginggalkan tempat tidur beserta bantal guling dan selimut tapi karena saya memiliki janji jam 11.00 WIB jadi dengan niat yang setengah akhirnya saya abaikan rasa malas itu 

Jam 06.00 WIB saya berangkat dari rumah menuju stasiun, rutinitas yang biasa saya lakukan jika naik kereta pagi adalah membeli cokelat di minimarket yang buka 24 jam untuk sarapan, tapi hari itu berbeda, rasanya saya malas sekali ke minimarket dan untuk kedua kalinya saya mengabaikan rasa, tapi kali ini saya mengabaikan rasa lapar.

Setelah naik angkot akhirnya sampailah saya di stasiun lemahabang yang memakan waktu ± 40 menit dari rumah. Hati mulai sumringah saat tau kereta patas yang biasa saya tumpangi sudah berangkat karena memang niat saya untuk kali ini ingin naik kereta odong-odong. Penumpang distasiun pun tidak terlalu banyak. Bisa dibilang saya datang tepat waktu, 5 menit setelah saya beli karcis, kereta datang. Biasanya butuh perjuangan dan keegoisan untuk bisa naik kereta lokal yang karcisnya hanya 2000 perak ini. Tapi berbeda sekali pada hari itu, saya naik kereta tanpa saingan, seolah-olah sedang naik angkot.

Saya ingat betul saat kereta masih melaju saya menghitung gerbong tiap gerbong yang lewat dan saya memilih untuk naik di gerbong 5. Ekspresi saya saat naik di gerbong 5 seperti cowok yang ketauan selingkuh lalu ditampar bolakbalik oleh ceweknya. Bingung, kaget, takut, malu yah campur karena  di gerbong itu isinya cowok semua dan lagi pada ngerokok. Dengan perut lapar saya HARUS menikmati pagi yang cerah beserta asap rokok yang menari-nari di gerbong itu. Padahal sudah jelas tertulis (dilarang merokok) tapi mereka para ayah para orang tua seperti mengabaikan tulisan itu, entah karena buta huruf atau ada saraf di otak mereka yang salah sehingga mereka tidak bisa mengerti apa arti tulisan (dilarang merokok).

Belum kelar asap rokok menari di gerbong, saya sudah bingung dengan orang-orang yang banyak pergi ke gerbong 1 termasuk para pedagang. Ternyata ada pemeriksaan, penumpang yang tidak membeli karcis, harus turun di stasiun terdekat dan membayar denda. Aneh memang, harga karcis yang hanya 2000 perak saja mereka enggan beli tapi ketika ada orang-orang berkerah putih yang korupsi mereka ikut menyalahkan juga menyudutkan. Padahal menurut saya, bukankah tak ada bedanya mereka yang menikmati kereta gratis dengan mereka yang menikmati uang rakyat. Itu namanya lempar batu sembunyi tangankah? Atau maling teriak maling? Atau hanya ketidaksadaran? 

Sampailah saya di Jatinegara jam 08.00 WIB sedangkan saya ada janji untuk ke kampus jam 11.00 WIB, akhirnya saya ke matraman untuk temu kangen dengan bang maung (kucing yang dari lahir tinggal di rumah nenek). Sampai rumah nenek, maung dan saya langsung melepas rindu. Sepertinya dia pun kangen dengan saya. Dia akhirnya tidur di tas setelah saya elus-elus. Terbayarlah rasa rindu saya pada bang maung karena terakhir saya ketemu dia tanggal 28 desember 2011.


Jam 11.00 saya pergi ke kampus, untuk meminta formulir yang sudah ditandatangani kajur dan urusanpun selesai, saya kembali ke rumah nenek dan rencana untuk pulang naik kereta jam 17.00 WIB. Sambil menunggu jam 16.00 saya menonton pink lipstick satu-satunya drama korea yang terlanjur saya tonton karena dipengaruhi  teman kampus. Ketika saya sudah rapih, wangi, dan siap pergi ke staisun, tibatiba diajak ngobrollah sama nenek, akhirnya jam 16.00 lewat saya baru berangkat dari matraman menuju jatinegara.

Sampai Jatinegara, saya senang karena di peron 5 hanya ada beberapa orang, tadinya saya kira penumpang kereta odong-odong yang jam 17.00 sedikit, ternyata setelah setengah jam saya menunggu di stasiun, saya baru tersadar jika saya ketinggalan kereta. Mau tidak mau saya harus mau naik kereta patas yang jam 18.00.

Kereta datang dan saya siap tempur, tidak perduli badan kedorong, tidak perduli kaki orang, tidak perduli badan kecil, pokoknya sore itu saya bertekat harus masuk ke kereta yang penumpangnya sudah bejubel banget. Dengan dorongan, teriakan, keegoisan, dan pengertian sebagian pria akhirnya saya berhasil masuk ke kereta walaupun kiri-kanan-depan-belakang saya adalah cowok tapi selama saya masih merasa saya mampu menjaga diri dan jaga barang di tas, selama itu pula saya tidak akan pernah kapok untuk naik kereta dalam keadaan dan kondisi apapun.

Sadar akan kehadiran saya (cewek mini yang keapit di depan pintu kereta) akhirnya ada beberapa pria paruh baya yang baik menarik dan menyuruh saya untuk berdiri di dalam WC Kereta api. tidak ada pilihan lain, daripada nanti saya semakin kedorong-dorong akhirnya saya menerima tawaran menarik dari orang tersebut dan saya pun aman di dalem WC yang Alhamdulillah lagi tidak bau. Ini kali pertama saya naik kereta namun berdiri di dalam WC yang isinya 7 orang dan saat itu hanya saya cewek  disana. Mungkin suatu hari nanti jika ada tawaran menarik untuk naik diatas gerbong kereta, saya akan mempertimbangkan tawaran tersebut. Yang penting saya naik kereta. Sekarang gini ya, coba bayangkan, gila aja kan jika saya sudah menunggu kereta 1 jam tapi saat kereta datang saya malah tidak keangkut, kan nyesek banget pasti.

Saya ngobrol ngalor ngidul sama bapak-bapak yang lagi berjuang di dalem WC bareng saya, sampai akhirnya saya sampai di Stasiun klender, saya lihat penumpang yang mau ikut kereta makin penuh, saya juga lihat ada nenek-nenek bersama anak laki-laki sekitar 14 tahunan yang tidak terangkut kereta dan maksa naik.

Sampai stasiun Bekasi penumpang mulai surut, di dalam ada ibu dan anaknya yang kelas 3 SD mereka nyari orangtua yang ternyata tidak terangkut sama kereta. Ternyata orang tua itu nenek-nenek yang saya lihat di stasiun klender. Tidak ada yang perduli disitu karena memang hanya saya dan ibu itu yang wanita, sisanya 4 orang pria yang perasaannya tidak peka. Akhirnya saya menyuruh ibu tersebut menelepon suaminya menggunakan hp saya untuk menyuruh saudaranya menjemput nenek-nenek itu di klender. Saya jadi teringat ibu juga adik bagaimana bila mereka yang lagi ada di posisi ibu itu. Air mata ibu itu sempat keluar ketika menelpon suaminya, saya hanya bisa ngelus-ngelus tangan ibu itu, lalu cowok yang tadinya tidak peka, pada membuang muka seolah tidak mau melihat ibu itu menangis tibatiba berkata  “ya udah bu pikir positif aja”. Sampai stasiun lemah abang, saya turun dengan berat hati sambil berdoa mudah-mudahan nenek-nenek yang tertinggal itu tidak hilang.

Di rumah saya langsung menceritakan itu semua ke orang rumah, dan pagi nya saya sms ibu itu untuk bertanya kabar. Alhamdulillah nenek tersebut tidak hilang karena mereka tidak beranjak dari stasiun klender. Ah lega saya mendengarnya, walau saya tidak mengenal merek.

Pelajaran untuk hari ini : Jangan senang bila naik kereta tapi peron sepi karena bisa jadi anda ketinggalan kereta, Hati-hati kalau memilih gerbong salah-salah itu sama aja bunuh diri, Sebelum pergi harus sarapan, Hewan peliharaan memiliki ikatan batin yang kuat sama orang sekitar yang menyayanginya, Cowok itu sebenarnya hatinya peka cuman mereka sering mengabaikannya, Tolong menolong itu indah banget rasanya, Jadi cewek jangan manja, harus berani dan mandiri.

0 komentar:

Posting Komentar