Terserah - Glenn Fredly

Kamis, 17 Desember 2015

Dulu pernah pilu melebihi rapuh tapi belum hancur.
Lalu semakin pedih bila mendengar penggalan lirik lagu Glenn Fredly "....terserah kali ini sungguh aku tak kan perduli...."
Ya, apalagi kalau bukan karena kepercayaan yang dirusak dan harapan yang dipecahkan.
Tapi, seiring berjalannya waktu...
Saya bisa berdamai dengan diri sendiri, dengan keadaan, dan dengan semuanya.
Akhirnya saat ini, bila mendengar lagu itu, saya hanya tersenyum kecil dan membatin "dulu gua bego banget ya bisa sampai segitunya".

mereka dalam saya

Selasa, 14 Juli 2015

Saya ingat ini kedua kalinya mereka bertemu setelah  lebih dari satu tahun mereka saling berbicara melalui media sosial. Saya juga ingat ketika mereka bercerita mengenai awal ketertarikan mereka untuk menjadi teman. Lalu mereka mulai sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Mereka pun sempat ada dalam waktu yang  tanpa kabar untuk beberapa saat. Hingga mereka diingatkan kembali bila mereka adalah dekat.  Kini mereka dekat.

Whatever will be….  will be.

Jangan mengucapkan “selamat tinggal” tapi ucapkanlah “sampai jumpa”

Senin, 18 Mei 2015

Jangan mengucapkan “selamat tinggal” pada  siapapun yang nantinya akan kalian rindukan, ucapkanlah “sampai jumpa” agar kalian bisa berjumpa lagi.

Kami pernah bersedih karena berpisah untuk melanjutkan hidup masing masing setelah lulus kuliah, karena kami paham bahwa nantinya pertemuan tidaklah sesederhana saat kuliah dulu. Pertemuan kami setelah wisuda nanti, haruslah dilaksanakan pada waktu yang tepat apalagi salah satu sahabat terbaik kami telah pindah ke luar pulau jawa. Tapi saat itu saya yakin bahwa kami akan berjumpa lagi.
Pernah di blog sebelumnya saya menulis seperti ini.....


Alhamdulillah.... Kami bertemu lagi. Yaaaa saya, maya dan yuli. Sayangnya Ina tak bisa hadir karena ada tugas dari sekolah. Kurang lengkap? sudah pasti. Merasa ada yg hilang? tentu saja. Tapi…. kami bisa apa? Ina tak bisa ikut merupakan takdir yang Kuasa karena semua terjadi atas izin Nya.

Sabtu malam maya menginap di Matraman agar hari minggu kami  bisa berangkat bersama untuk bertemu yuli, sahabat kami...
Yuli datang ke jakarta beberapa hari untuk jalan-jalan bersama keluarganya.... Dan kami menyempatkan diri untuk bertemu meski hanya beberapa jam.
Ah tak mengapa.... Meski sebentar setidaknya kami berjumpa. Kami bisa berjabat tangan, juga bercerita tentang semua hal.

Waktu yang ditunggu pun tiba, minggu jam 10 siang kami berjumpa. Kami memilih McD di Arion karena tempat itu merupakan tempat kami berkumpul jika penat dengan tugas kuliah. Kami pun duduk di posisi yang sama ketika terakhir kami berjumpa.
Tulisan di kertas itu kami persembahkan untu Ina
Sayang Ina tak bisa hadir, tapi kami menyempatkan membuat video untuk Ina.
Hingga  jam menunjukan pukul 13.00 artinya kami harus pisah karena yuli harus naik pesawat jam 16.00
Kami harus melanjutkan hidup masing-masing lagi.
Kurang puas memang tapi Alhamdulillah kami bisa berjumpa…
Saya yakin,  suatu hari kami pasti akan berjumpa lagi, entah yuli yang ke jakarta atau malah kami bertiga yang berkunjung ke Palembang. Keyakinan yang sama seperti saat perpisahan dahulu. Amiinn…
Hati-hati di jalan Yuli. Terima kasih oleh-olehnya.
Maka…. Sampai jumpa lagi ^_^

Ingatan Tentang....

Senin, 27 April 2015

Pagi itu….
Ketika ia sedang membaca pesan singkat yang masuk di telepon genggamnya, sambil menikmati kopi hangat bersama angin yang membawa kenangan.
Teringat kenangan tentang senyuman malu-malu di kaca spion tapi  ia juga ingat saat sang pemilik senyum itu hilang beberapa hari tanpa kabar.
Berikutnyaaaa
Ia teringat sarapan yang beberapa kali diantarkan ke rumah tapi ia juga ingat tentang waktu yang teramat jarang diberikan sang pengantar sarapan untuk menikmati alam semesta berdua.
Angin pagi belum pergi...
Angin datang untuk mengingatkan tentang udara dingin yang pernah dinikmati berdua dalam perjalanan malam bersama hujan, tapi ingatan tentang dunia pertemanan sang penerobos hujan yang tak pernah ia tahu juga datang untuk mengusiknya.
Tapi ia tidak perduli, ia membiarkan ingatan itu singgah sambil melanjutkan tugasnya meneguk kopi yang mulai dingin.


Let Her Go.... karena katanya Jodoh Pasti Bertemu

Rabu, 22 April 2015

Beberapa hari lalu, salah satu teman mengirim chat yang diawali dengan kalimat...

"bener ris, jodoh pasti bertemu tp gue ama dia bertemu di pelaminan dan gue sebagai tamu undangan"

Saya sempat sedih membayangkan posisinya saat itu karena yang saya tau jika dia dan wanitanya ini merupakan pasangan yang cocok saat Sekolah Menengah. Di chat dia mengungkapkan penyesalannya terhadap sikapnya dahulu pada wanita itu. Dia mengaku bahwa dia menyesal karena tidak bisa menjaganya, menyesal karena pernah mengabaikan, dan menyesal tentang beberapa kekeliruan lain yang dilakukannya dulu terhadap wanita itu. Meski begitu…  bukan berarti temen saya ini masih cinta atau belum ikhlas si wanita nikah dan bahagia  bersama suaminya.

Sebagai temen yang baik, selain memberi semangat... saya juga mencoba untuk memberi saran tapi karena saya sendiri pun sebulan lalu baru saja pataharapan akhirnya saya tidak terlalu banyak memberi saran. 

Bagi saya selalu ada hikmah di balik kejadian sepahit apapun. Berbuat salah itu memang jelas akan menyesalkan. Tapi kesalahan akan ada sisi  positif jika dijadikan sebagai pelajaran. Dari kesalahan yang pernah tejadi, kita semakin sadar betapa pahit dan mahalnya harga sebuah kesalahan.
Semuanya kembali lagi ke diri sendiri sih.... Apakah kita mau menikmati rasa bersalah ini berlarut-larut atau sesegera mungkin mengabaikannya.
Yang selalu saya ingat dari pelajaran neuroanatomi di kampus adalah Otak bekerja atas izin kita. 
Semoga semua bahagia selalu.
Ini mungkin bisa dijadikan pelajaran buat siapapun yang sedang menjaga hati seseorang. Bahagiakan! Jaga ia! Jangan diabaikan.
Sungguh perih bila kita termasuk golongan orang yang merasa memiliki setelah kehilangan.

Lagu Let her go nya passenger pas banget nih didengar untuk ingat chat teman sambil ngupi :')

Pergi Tuan...

Minggu, 22 Maret 2015

Membuat terlalu cinta lalu meninggalkan luka di hati.
Membuat rasa aman, lalu menghancurkan semua harapan.
Setelah meninggalkan lalu kau datang meminta maaf.
Ah... TUAN.
Tuan, sungguh bumi berputar tidak sesantai itu.
Pilu hilang tidak cepat itu.
Ingatan pergi tidak semudah itu.
Tuan tahu? semua yang sudah tertutup seolah terbuka lagi.
Pergi tuan!!! biarkan aku disini...
Tuan pergi saja.
Tak ada guna maaf  itu.
Sama halnya seperti Tuan yang tak ada guna untuk datang kembali.

11 Maret 2015

Senin, 16 Maret 2015

Seperti yang ditulis pada catatan sebelumnya...
" Setidaknya dulu saya pernah menjaga, meski akhirnya saya harus melepaskan karena sudah saatnya dia dijaga dengan yang lain. Setidaknya saat ini saya bisa belajar bagaimana cara menjaga yang seharusnya. Bila Sang Pencipta menginginkan saya membiarkan yang sedang saya jaga ini dijaga oleh yang lain, semoga itu tidak pernah terjadi. Kalo terjadi? Yaaa manusia bisa apa."

Beberapa hari setelah saya menulis catatan itu, saya ditakdirkan untuk berhenti menjaga seseorang yang saat itu ada di genggaman hati paling aman.
Ternyata.... Sang Penciptan mengizinkan yang sedang saya jaga pergi, bukan pergi dengan yang lain tapi pergi karena kami sama-sama nyerah.
Iya, sudah seminggu… Semuanya selesai. Semua usai. Tak ada lagi kami. Tak ada lagi saling menjaga.
Kami lelah. Kami sama-sama menyerah. saya marah, emosi naik dengan hebat hingga meminta untuk menyelesaikan semuanya. Dan dia, saya tau dia pun lelah, emosinya pun tak padam lalu dia mengiyakan bahwa kita selesai. Seperti api bertemu api. Dan semua habis terbakar. Hanya 18 bulan.

Sedih sudah pasti... Pilu pun menyayat hati.... Lalu kenapa dilepaskan? Karena kami lelah atau karena saya, saya lelah. Bukan lelah mencintai tapi lelah mengerti apa yang dia mau. Bukan lelah menyayangi tp lelah meyakinkan diri kalau dia membutuhkan saya. Setidaknya saya sudah meminta agar lebih perduli saat sedang tidak bersama. Setidaknya saya sudah mengajak untuk menikmati semesta bersama ketika sedang jenuh. Setidaknya saya sudah menawarkan diri untuk menemaninya agar bisa bersama saat dia tak bisa pergi untuk melihat semesta karena dia sedang ada kegiatan bersama teman. Setidaknya saya sudah mengenalkan dunia sapa padanya. Bila hal yang sama tak saya dapatkan darinya. Yasudah... saya mungkin tidak bisa lagi memberi alasan untuk tidak lelah. saya tidak bisa lagi meyakinkan hati kalau dia membutuhkan saya. Sekali lagi saya katakan saya menyerah. saya pergi. kita selesai...

Take care ya my ban.
Terima kasih 18 bulannya :')
Jangan jadi orang yang merasa memiliki setelah kehilangan.
Jangan datang untuk saat ini, bukan karena benci, Riris hanya butuh waktu untuk menata kembali hati yang berantakan juga harapan yang tak sampai.

Aku pamit sayang...