dua puluh tujuh (kurang sebelas hari)

Minggu, 16 Februari 2014

Sebelumnya saya pernah posting cerita tentang teman yang memberikan kado di parkiran. 11 hari setelah pemberian kado, malam itu dia ke rumah mengucapkan kata-kata indah, kata-kata yang bisa membuat saya merasa cantik, kata-kata yang terakhir kali saya dengar 2 tahun lalu, dan kata-kata yang saya kira tidak akan pernah saya dengar lagi sebelum saya lulus kuliah dan kerja. Sejak malam itu saya selalu merindukan tanggal dua puluh tujuh. Seorang yang sabar telah berhasil membuat keindahan dan membuat saya merasa disayang secara berbeda dengan orang lain. Orang yang tidak memiliki hubungan darah tapi mau menyayangi saya.

Misalnya kemarin sore, 17 januari 2014 sekitar jam 18.00 WIB seorang sahabat menyuruh saya memotong rambut karena hari itu saya mengalami beberapa kejadian yang melelahkan. Tapi ditengah hari yang melelahkan itu, terdapat sesuatu yang menyejukkan.
“menurut kamu kalo aku potong rambut kayak model rambutnya agnes monica yang di video klip teruskanlah, rambut aku bakal tetep kibo ga?”
“video klip teruskanlah itu rambutnya panjang atau pendek ya? Aku lupa”
“ –___– pendek, sependek rambut kamu. Itu rambut kamu model apa ya? Aku mau potong begitu aja deh.”  *dalam hati saya menggerutu, aelah mas mas segala nanya rambut panjang atau pendek yang namanya potong itu selalu menjadikan sesuatu lebih pendek*
“haha mau kibo atau ngga kamu itu tetep cantik kok”
Percakapan ditutup dengan chat saya yang berisi “ah abang bise aje”
Entah dia boong atau ngga, entah karena dia lagi sibuk hingga males ngeladenin pertanyaan saya yang tidak penting, entah karena dia memang jawab jujur, entah karena dia memang orang yang selalu menghargai keputusan orang lain, atau entah-entah yang lain. Tapi kalimat terakhir yang dia kirim bisa membuat saya tersenyum meskipun dalam posisi kegencet di mobil 59 karena lapak duduk saya diambil orang yang badannya gendut.
Riris Agustin ternyata masih ada orang lain yang melihat saya dengan caranya. Cewek dengan badan mini, tubuh kurus, banyak bulu, kulit hitam, rambut pendek kibo, dan model kerudung yang itu-itu aja (bukan hijabers), ternyata ada orang lain yang menginginkan saya untuk menjadi yang terkasih. Ternyata masih ada orang lain yang datang pagi membawa nasi uduk ke rumah untuk sarapan bersama sebelum saya berangkat mengajar, orang yang dalam keadaan kesal tapi tetap datang ke rumah membangunkan saya untuk sarapan ketoprak bersama, orang yang selalu siap ketika saya minta bantuan untuk mengerjakan tugas, orang yang mau makan es krim berdua walau dia lagi pilek. Dan perlakuan yang indah lainnya…
Meski tak hanya keindahan yang terjadi pada kami, adakalanya sudut pandang yang berbeda membuat kami sejenak merasakan “ketidakindahan” (apalah bahasa saya ini) tapi Allah membuat orang ini melihat saya dengan caranya, Allah mengizinkan orang ini menyayangi saya dengan caranya. Semoga selamanya kami tetap saling melengkapi, tanpa kebohongan dan selalu bersama dalam keindahan maupun ketidakindahan.
Terima Kasih. Semoga kamu tidak seperti yang lain, yang pernah datang lalu pergi begitu saja. Tetaplah bersama wanita yang tak cantik ini. Meski ada wanita yang melebihi wanita ini, Ingatlah selalu bila Allah sudah izinkan kita untuk saling menyayangi. Jangan disia-siakan rasa indah ini.
H-11 menuju tanggal 27 yang ke 6.

-Jangan jadi pria bebek, nanti wanitamu jenuh. Ya, Selamat berfikir semampunya.-
Untuk nyonya di kompleks yang sama

Hai nyonya, apa kabar?
Aku dengan kabarmu tak baik.
Kau terkena penyakit yang ditakuti para wanita

Hai nyonya, ku doa kan kau lekas sembuh.
Ya, aku mendoakanmu.

Nyonya, ingatkan 3,5tahun yang lalu?
Aku lewat dihadapanmu dengan membawa buku.
Ah… tak ada maksudku untuk membuka luka lama tapi luka ini memang selalu terbuka.

Nyonya, kau ingat cibiranmu?
“Lho, kamu masih belajar? Anak saya (yang tak tega ku sebut namanya) sudah di terima di perguruan tinggi neger ternama (yang tak ingin ku sebut namanya).”

Nyonya, sudahkah anakmu lulus?
Bolehkah aku lewat dihadapanmu dengan medaliku juga skripsiku?
Sudahlah, terimakasih nyonya karena cibiranmu aku diterima di PTN pilihanku.
Terima kasih karena cibiranmu aku lulus kuliah lebih cepat dari anakmu.

Baiklah nyonya,
Aku sudah dosa memendam dendam ini.
Aku tak mau menambah dosa dengan menghampirimu dan membalas cibiranmu.
Aku juga tak berani kurang ajar pada yang lebih tua.


Sudahlah, ku doakan sekali lagi semoga kau lekas sembuh dan anakmu lekas lulus.