Drettt….. drreeettt….. Hp saya bergetar tampak 1 pesan masuk yang
seakan-akan meminta untuk segera dibaca.
“ris, penyakit gue kambuh lagi” begitulah isi pesan singkat
yang dikirim salah satu teman saya ketika SMA. Saya dengan cowok ini memang suka beberapa kali saling tukar pendapat, jadi tanpa panjang
lebar dia menjelaskan tentang “penyakitnya” saya sudah paham apa maksud smsnya dan
percakapan via pesan singkat pun dimulai.
“emang lo masih belum nemu yang pas ama hati lo??”,
pertanyaan bodoh yang harusnya tidak saya tanyakan menjadi pertanda kalau saya siap mendengerkan curhatan dia.
“ketika ada yang menawarkan cinta, gue masih ngga mau
membuka hati. Tapi ketika ada yang jelas-jelas mengabaikan cinta gue, hati gue
tetep buat dia, mungkin gue ini bodoh” keluhnya yang bingung dengan perasaannya
sendiri dan berharap sms balasan dari saya bisa membantunya.
Seketika saya melamun di depan TV, mengabaikan kucing yang ingin bercanda, mengabaikan nenek yang ada dan mengabaikan acara Tv yang sedang saya liat. Saya berusaha memposisikan jika saya ada di
pihak dia, tanpa maksud menggurui, saya mencoba memberikan solusi yang klise, “lo ga bodoh, manusiawi lah jika kita
mengikuti hati nurani. Tapi lo mau sampe kapan begini terus? coba cari
kesibukan biar lo lupa ama dia ”.
Dan lagi-lagi sms saya belum bisa membantunya, “gue udah
sibuk ris, dari senen sampe minggu gue selalu punya acara diluar rumah, tapi
ketika ada waktu untuk istirahat terkadang penyakit ini kambuh lagi dan gue ga
tau harus ngapain”. Kali ini saya lupa kalau teman saya ini memang sudah jadi orang yang sibuk
banget.
Oke oke mungkin saya harus lebih konsentrasi agar bisa memberi solusi ke dia. Mencoba untuk membolak-balik otak, mengkerutkan kening, dan sekali lagi mikir apa yang akan saya lakukan jika ada di posisi dia.
Lalu…….
Berbekal kegigihan saya untuk mengabaikan mantan, saya mencoba menerapkan cara itu ke teman yang dari tadi mungkin menunggu balasan sms saya,
Lalu…….
Berbekal kegigihan saya untuk mengabaikan mantan, saya mencoba menerapkan cara itu ke teman yang dari tadi mungkin menunggu balasan sms saya,
“anggap saja dia (mantan) seperti sebuah album kenangan,
sebuah album yang berisi foto-foto (kenangan-kenangan) masa lalu yang bisa kita
lihat (ingat) kapanpun ketika kita sedang merindukannya, kemudian dapat kita
tutup ketika semua foto sudah selesai kita lihat, lalu simpanlah kembali album
itu tanpa harus mengganggu kehidupan saat ini.” Sms saya pun terkirim lancar
tanpa hambatan dari operator.
Curhatan singkatpun selesai, dan ditutup dengan sms dari
temen, “thanks ris, semoga bermanfaat, gue akan coba”. Dan malalm itu jadi
gantian saya yang inget mantan ha ha ha