Yakini saja!

Senin, 05 Maret 2018


Hai!!! Sudah lama juga tidak mengunjungi blog sampai lupa kata sandi.

Sesuai judul dari blog kali ini, saya akan bercerita tentang cerita awal suami yang mengajak saya menikah.  Kisah yang berbeda dari kebanyakan pasangan. 

Seperti anak gadis pada umumnya yang suka ditanya “kapan nikah?”, saya pun merasakan hal tersebut dan saya selalu menjawab, “nanti akhir bulan Oktober saat usia 25 tahun.” Dan ketika si penanya bertanya balik “dengan siapa?” Saya selalu menjawab “ngga tau hehehe”

Pertanyaan belum berakhir ketika saya bertemu penanya yang selalu ingin tahu (read: lapar) ya lapar akan informasi (yang ga penting buat dia sebenernya), sehingga keluar pertanyaan “Kenapa akhir bulan Oktober?” mungkin pembaca juga bingung kenapa akhir Oktober? Alasannya karena saya ingin punya anak yang lahir bulan Agustus atau minimal berzodiak Leo. Receh ya alasannya -_- I think so. Saat itu saya masih berusia 24 tahun dan sama sekali belum punya calon pendamping.  Tapi entah kenapa saya yakin saya akan menikah di usia 25 tahun.

Sekitar Oktober 2016 jam 04.00 ada chat whatsap masuk ke Handphone saya. Chat dari orang yang saya kenal ketika kerja di salah satu sekolah berkebutuhan khusus di cikarang. Awalnya saya kira dia akan mengabari ada reuni guru sekolah tersebut, ya meskipun sekolahnya sudah pindah yayasan tapi kami yang pernah menjadi guru disana masih suka reuni lho. FYI sejak awal kami kenal di tahun 2014, kami selalu berbicara hanya untuk hal penting. Jangan harap kami berbicara menanyakan kabar. Bertemu aja hanya senyum tanpa makna. Ya, hubungan kami dari tahun 2014 hingga saat dia kirim chat di pagi buta itu hanya sebatas ‘elo kenal gua, gua kenal elo, CUKUP!’

Jadi, apa isi chat watsapnya? Isinya adalah dia langsung mengajak saya untuk bertemu dan mengajak saya menikah. Nahlo kebayang gimana perasaan saya saat itu? Tidak dekat, tidak suka, tidak pernah ngobrol lamalama tapi tiba-tiba di ajak nikah.
Sejak saat itu saya bukannya senang tapi malah dilema. Yippy....
Kata beberapa kawan adalah hal biasa wanita yang mau diajak nikah menjadi dilema karena nikah mau nya hanya sekali seumur hidup kan ya buk pak om tante pakde budhe --,

Di kepala saya sempat berpikir negatif “ah mungkin dia abis patahati ditinggal nikah pacarnya jadi dia ngajak saya nikah sebagai pelarian”. Tapi bukan itu alasannya.... saya salah saudara-saudara.

Menurut mas nya gini kira2 kalimat penjelasan yang dia katakan pada saya
 “Dulu tahun 2014 kamu punya pacar kan?  (Pacar saya saat itu bisa kalian baca di tulisan saya sebelumnya yang berjudul Dua Puluh Tujuh (Kurang Sebelas Hari) atau Kado Termanis Dari Kawan Termanis) Jadi ya aku ga deketin. Lagian tiap aku deketin kamunya menghindar. Jadi aku sama yang lain aja. Terus sebelum aku chat kamu aku abis sholat minta jodoh, aku kepikiran kamu. Ya aku chat aja ajak ketemu buat bahas aku yang mau nikah sama kamu. ^-^ ”

Setelah saya menanyakan pendapat ke beberapa orang dan berdoa kepada Sang Pemilik Alam semesta. Akhirnya saya diberi keyakinan untuk menerima ajakan nikah dia. Ya walau masih labil sih kadang mau kadang ragu tapi toh semua tetap saya jalani.

Yaaaaa.... begitulah. Yakini saja ya gengs. 
Menuju akad akan saya ceritakan di lain kesempatan.
Terima kasih sudah membaca. Ditunggu kritik dan sarannya ya.