Menujun Akad

Sabtu, 04 Agustus 2018

Yha... hai halo semuanya ^_^
Terima kasih sudah bersedia mampir ke blog saya yang isinya random ini...
Setelah ditulisan sebelumnya saya menceritakan kejadian ketika saya memutuskan untuk menikah. Hari ini saya akan berbagi pengalaman mengenai MENUJU AKAD. 

Tidak seperti wanita pada umumnya yang bahagia banget sampai apapun persipan menuju akad mereka share di media sosial. Saya malah sebaliknya, saya menutup rapat persiapan saya menuju akad dari media sosial dan teman2 (kecuali sahabat ya).
Saya malah merasa takut juga sedih ketika menjalani harihari menuju akad. Bahkan temen2 saya sampai mengajak saya liburan ke bali sebelum melepas masa lajang, tujuan mereka antara agar saya lebih santai menghadapi hari pernikahan atau mungkin juga karena mereka bosan mendengar perkataan saya yang berpuluh kali saya ucapkan ini
“Duh, gua mau nikah nih, takut gua, tolongin dong”

Kenapa takut? 
Bagi saya saat itu, Menikah itu bukan hanya sekedar lolosnya saya dari pertanyaan kapan menikah, menikah juga mengenai kesiapan saya untuk mentaati suami, kesiapan untuk beribadah seumur hidup, kesiapan untuk memiliki anak, kesiapan untuk memasak, kesiapan untuk mengatur keuangan, dan kesiapan untuk banyak hal lainnya. 
Iya, itu sedikit dari banyak pikiranpikiran yang membuat saya saat itu takut untuk menikah meski sudah memutuskan tanggal pernikahan. 

Tapi saat menulis tulisan ini saya menyadari ketakutan itu hanya perasaan saya saja, mungkin hanya godaan setan yang ga suka manusia ibadah seumur hidup. 
Akhirnya saya memutuskan untuk mendiskusikan hal hal yang saya takutkan di detik2 terakhir menuju hari pernikahan bersama calon suami saat itu, hal itu membuat saya sedikit tidak takut 😬

Seperti pasangan calon penganten pada umumnya, tentu saja kami sudah mempersiapkan semua. Kami sudah memesan undangan di daerah kranji, memilih orangtua murid di tempat saya mengajar sebagai perias penganten, memilih nenek saya sebagai chef dan memutuskan mengundang orang2 terdekat saja.

24 Agustus 2017
Saya tidak percaya dengan pingit memingit juga dengan puasa sebelum menikah agar ga keringetan. Hal ini membuat saya masih berkeliaran untuk ke klinik krn jadwal scalling gigi saat pagi hari, saya masih ke salon di siang hari dan ketika magrib saya masih membeli kabel untuk keperluan penerangan. Bagi saya, puasa agar tidak keringetan dan pingit memingit bukan syarat sah nikah. Saya percaya, Allah melindungi semua mahluknya.

25 Agustus 2017
Saya dan Miko melangsungkan akad nikah, entah kenapa, saat itu saya tidak merasa sedih seperti acara akad yg pernah saya lihat pada umumnya. Saya merasa biasa saja. 
Ya, intinya, Tidak ada tangisan di acara pernikahan kami.
Mungkin itu pertanda kalau semua bahagia. Aamiin

Karena perasaan biasa saja itulah saya sampai sanggup main hp ketika miko masih dinasehati penghulu sebelum akad. Etapi saat sedang akad tentu saja saya meletakkan hp saya, karena itu kan serahterima saya dari bapak ke miko.


Itulah cerita saya mengenai ketakutan yang saya buat sendiri saat menuju akad. Padahal nyatanya ketakukan itu hanya perasaan saya saja. Semua baik2 saja hingga saat ini. 

0 komentar:

Posting Komentar