Hai!!! Sudah lama juga tidak mengunjungi blog sampai lupa kata sandi.
Sesuai judul dari blog kali ini, saya akan bercerita tentang
cerita awal suami yang mengajak saya menikah. Kisah yang berbeda dari kebanyakan
pasangan.
Seperti anak gadis pada umumnya yang suka ditanya “kapan nikah?”,
saya pun merasakan hal tersebut dan saya selalu menjawab, “nanti akhir bulan
Oktober saat usia 25 tahun.” Dan ketika si penanya bertanya balik “dengan
siapa?” Saya selalu menjawab “ngga tau hehehe”
Pertanyaan belum berakhir ketika saya bertemu penanya yang
selalu ingin tahu (read: lapar) ya lapar akan informasi (yang ga penting buat
dia sebenernya), sehingga keluar pertanyaan “Kenapa akhir bulan Oktober?”
mungkin pembaca juga bingung kenapa akhir Oktober? Alasannya karena saya ingin
punya anak yang lahir bulan Agustus atau minimal berzodiak Leo. Receh ya
alasannya -_- I think so. Saat itu saya masih berusia 24 tahun dan sama sekali
belum punya calon pendamping. Tapi entah
kenapa saya yakin saya akan menikah di usia 25 tahun.
Sekitar Oktober 2016 jam 04.00 ada chat whatsap masuk ke Handphone
saya. Chat dari orang yang saya kenal ketika kerja di salah satu sekolah berkebutuhan
khusus di cikarang. Awalnya saya kira dia akan mengabari ada reuni guru sekolah
tersebut, ya meskipun sekolahnya sudah pindah yayasan tapi kami yang pernah
menjadi guru disana masih suka reuni lho. FYI sejak awal kami kenal di tahun
2014, kami selalu berbicara hanya untuk hal penting. Jangan harap kami
berbicara menanyakan kabar. Bertemu aja hanya senyum tanpa makna. Ya, hubungan
kami dari tahun 2014 hingga saat dia kirim chat di pagi buta itu hanya sebatas ‘elo
kenal gua, gua kenal elo, CUKUP!’
Jadi, apa isi chat watsapnya? Isinya adalah dia langsung
mengajak saya untuk bertemu dan mengajak saya menikah. Nahlo kebayang gimana
perasaan saya saat itu? Tidak dekat, tidak suka, tidak pernah ngobrol lamalama tapi
tiba-tiba di ajak nikah.
Sejak saat itu saya bukannya senang tapi malah dilema. Yippy....
Kata beberapa kawan adalah hal biasa wanita yang mau diajak
nikah menjadi dilema karena nikah mau nya hanya sekali seumur hidup kan ya buk
pak om tante pakde budhe --,
Di kepala saya sempat berpikir negatif “ah mungkin dia abis
patahati ditinggal nikah pacarnya jadi dia ngajak saya nikah sebagai pelarian”.
Tapi bukan itu alasannya.... saya salah saudara-saudara.
Menurut mas nya gini
kira2 kalimat penjelasan yang dia katakan pada saya
“Dulu tahun 2014 kamu
punya pacar kan? (Pacar saya saat itu bisa kalian baca di tulisan saya sebelumnya yang
berjudul Dua Puluh Tujuh (Kurang Sebelas Hari) atau Kado Termanis Dari Kawan
Termanis) Jadi ya aku ga deketin. Lagian tiap aku deketin kamunya
menghindar. Jadi aku sama yang lain aja. Terus sebelum aku chat kamu aku abis
sholat minta jodoh, aku kepikiran kamu. Ya aku chat aja ajak ketemu buat bahas
aku yang mau nikah sama kamu. ^-^ ”
Setelah saya menanyakan pendapat ke beberapa orang dan berdoa
kepada Sang Pemilik Alam semesta. Akhirnya saya diberi keyakinan untuk menerima
ajakan nikah dia. Ya walau masih labil sih kadang mau kadang ragu tapi toh semua
tetap saya jalani.
Yaaaaa.... begitulah. Yakini saja
ya gengs.
Menuju akad akan saya ceritakan
di lain kesempatan.
Terima kasih sudah membaca. Ditunggu
kritik dan sarannya ya.
0 komentar:
Posting Komentar