Minggu, 16 Februari 2014

Untuk nyonya di kompleks yang sama

Hai nyonya, apa kabar?
Aku dengan kabarmu tak baik.
Kau terkena penyakit yang ditakuti para wanita

Hai nyonya, ku doa kan kau lekas sembuh.
Ya, aku mendoakanmu.

Nyonya, ingatkan 3,5tahun yang lalu?
Aku lewat dihadapanmu dengan membawa buku.
Ah… tak ada maksudku untuk membuka luka lama tapi luka ini memang selalu terbuka.

Nyonya, kau ingat cibiranmu?
“Lho, kamu masih belajar? Anak saya (yang tak tega ku sebut namanya) sudah di terima di perguruan tinggi neger ternama (yang tak ingin ku sebut namanya).”

Nyonya, sudahkah anakmu lulus?
Bolehkah aku lewat dihadapanmu dengan medaliku juga skripsiku?
Sudahlah, terimakasih nyonya karena cibiranmu aku diterima di PTN pilihanku.
Terima kasih karena cibiranmu aku lulus kuliah lebih cepat dari anakmu.

Baiklah nyonya,
Aku sudah dosa memendam dendam ini.
Aku tak mau menambah dosa dengan menghampirimu dan membalas cibiranmu.
Aku juga tak berani kurang ajar pada yang lebih tua.


Sudahlah, ku doakan sekali lagi semoga kau lekas sembuh dan anakmu lekas lulus.

0 komentar:

Posting Komentar