Pergi Tuan...

Minggu, 22 Maret 2015

Membuat terlalu cinta lalu meninggalkan luka di hati.
Membuat rasa aman, lalu menghancurkan semua harapan.
Setelah meninggalkan lalu kau datang meminta maaf.
Ah... TUAN.
Tuan, sungguh bumi berputar tidak sesantai itu.
Pilu hilang tidak cepat itu.
Ingatan pergi tidak semudah itu.
Tuan tahu? semua yang sudah tertutup seolah terbuka lagi.
Pergi tuan!!! biarkan aku disini...
Tuan pergi saja.
Tak ada guna maaf  itu.
Sama halnya seperti Tuan yang tak ada guna untuk datang kembali.

11 Maret 2015

Senin, 16 Maret 2015

Seperti yang ditulis pada catatan sebelumnya...
" Setidaknya dulu saya pernah menjaga, meski akhirnya saya harus melepaskan karena sudah saatnya dia dijaga dengan yang lain. Setidaknya saat ini saya bisa belajar bagaimana cara menjaga yang seharusnya. Bila Sang Pencipta menginginkan saya membiarkan yang sedang saya jaga ini dijaga oleh yang lain, semoga itu tidak pernah terjadi. Kalo terjadi? Yaaa manusia bisa apa."

Beberapa hari setelah saya menulis catatan itu, saya ditakdirkan untuk berhenti menjaga seseorang yang saat itu ada di genggaman hati paling aman.
Ternyata.... Sang Penciptan mengizinkan yang sedang saya jaga pergi, bukan pergi dengan yang lain tapi pergi karena kami sama-sama nyerah.
Iya, sudah seminggu… Semuanya selesai. Semua usai. Tak ada lagi kami. Tak ada lagi saling menjaga.
Kami lelah. Kami sama-sama menyerah. saya marah, emosi naik dengan hebat hingga meminta untuk menyelesaikan semuanya. Dan dia, saya tau dia pun lelah, emosinya pun tak padam lalu dia mengiyakan bahwa kita selesai. Seperti api bertemu api. Dan semua habis terbakar. Hanya 18 bulan.

Sedih sudah pasti... Pilu pun menyayat hati.... Lalu kenapa dilepaskan? Karena kami lelah atau karena saya, saya lelah. Bukan lelah mencintai tapi lelah mengerti apa yang dia mau. Bukan lelah menyayangi tp lelah meyakinkan diri kalau dia membutuhkan saya. Setidaknya saya sudah meminta agar lebih perduli saat sedang tidak bersama. Setidaknya saya sudah mengajak untuk menikmati semesta bersama ketika sedang jenuh. Setidaknya saya sudah menawarkan diri untuk menemaninya agar bisa bersama saat dia tak bisa pergi untuk melihat semesta karena dia sedang ada kegiatan bersama teman. Setidaknya saya sudah mengenalkan dunia sapa padanya. Bila hal yang sama tak saya dapatkan darinya. Yasudah... saya mungkin tidak bisa lagi memberi alasan untuk tidak lelah. saya tidak bisa lagi meyakinkan hati kalau dia membutuhkan saya. Sekali lagi saya katakan saya menyerah. saya pergi. kita selesai...

Take care ya my ban.
Terima kasih 18 bulannya :')
Jangan jadi orang yang merasa memiliki setelah kehilangan.
Jangan datang untuk saat ini, bukan karena benci, Riris hanya butuh waktu untuk menata kembali hati yang berantakan juga harapan yang tak sampai.

Aku pamit sayang...